Untuk mengetahui sejarah mengenai Ka'bah,
orang harus mundur lebih jauh jutaan tahun yang lalu, sejak pertama masa
penciptaan bumi lalu sejak pertama kali Adam AS tinggal di sana. Sejarah yang
anda paparkan belum menjangkau sejauh itu jadi tidak bakal ketemu
"pencerahan" yg sebenarnya dari sejarah Ka'bah itu sendiri.
Ka’bah yg tegak dg megah ditengah kota
Mekkah adalah titik tepat dari kutub utara dulunya dimana bumi ini berputar
disumbunya untuk terjadi pergantian siang dan malam.
Istilah Ka’bah adalah bahasa al quran dari
kt “ka’bu” yg berarti “mata kaki” atau tempat kaki berputar bergerak untuk
melangkah. Ayat 5/6 menjelaskan istilah itu dg “Ka’bain” yg berarti ‘dua mata
kaki’ dan ayat 5/95-96
mengandung istilah ‘ka’bah’ yg artinya nyata “mata bumi” atau “sumbu bumi” atau
kutub putaran utara bumi.
Kerena hal yg demikianlah hanya mekkah
satu-satunya tempat ibadah haji dan kiblat shalat dimuka bumi ini. Jika orang
mengadakan suatu tempat lain untuk ibadah tsb, maka nyatalah ia tidak mengerti
persoalan sebenarnya disamping atas dasar kebodohan belaka (2/144)
Banjir besar di zaman Nabi Nuh AS
merupakan kunci pula dari rahasia besar. Tentang hal yg besangkutan dg
tatasurya dan hanya dalam al quran dan tidak pernah diterangkan Allah SWT dalam
kitab lainnya (11/49) maka kita jadi heran kenapa ada pula tertulis dalam buku
lain tanpa menyebutkan Qur’an sebagai sumbernya.
Fathimah binti Asad, istri Abu Thalib,
dalam keadaan hamil tua datang ke Ka’bah untuk berdoa. Dia memohon agar dapat
melahirkan bayinya dengan selamat.
Ketika dia sedang asyik berdoa dekat pintu
Ka’bah, tiba-tiba dia terkejut melihat dinding Ka’bah retak dan terbuka lebar.
Dinding itu terus terbuka dan semakin melebar sehingga Fathimah binti Asad pun
tergerak memasuki Ka’bah melalui celah tersebut. Setelah dia berada di dalam
Ka’bah, celah itu pun secara ajaib tertutup kembali sehingga kembali normal
seperti semula dan Fathimah tertinggal di dalam Ka’bah.
Sebagian orang yang melihat kejadian
tersebut segera menceritakan kepada orang lain apa yang dilihatnya. Orang-orang
berdatangan setelah mendengar cerita mereka yang menyaksikan kejadian ajaib
tersebut dan ingin melihat keajaiban tersebut. Mereka membawa kunci pintu
Ka’bah dan berusaha membukanya. Anehnya lagi, pintu Ka’bah tidak jua dapat
dibuka.
Nabi Muhammad SAW yang baru pulang dari
sebuah perjalanan, melewati tempat kejadian, di mana banyak orang berkerumun di
sekitar Ka’bah. Nabi Saw turun dari untanya dan menghampiri kerumunan orang.
Beliau melihat beberapa orang berusaha membuka pintu Ka’bah tapi mengalami
kegagalan. Nabi Saw meminta kunci tersebut dan mencoba membukanya. Dengan izin
Allah, pintu pun dapat terbuka. Fathimah yang berada di dalam segera keluar dan
membawa bayinya yang mungil yang baru saja dilahirkan.
Fathimah binti Asad menyodorkan bayinya ke
Nabi, dan Nabi menggendong bayi kecil tersebut. Ketika berada di dalam
gendongannya, sang bayi membuka matanya. Matanya yang jernih dan berkilat-kilat
itu menatap wajah sang Nabi. Wajah Nabi Saw-lah yang pertama kali dilihatnya
ketika pertama-tama dia membuka matanya. Dan bayi inilah yang kelak senantiasa
membela Nabi Saw. Ibu sang bayi, Fathimah binti Asad, menamai bayinya Haydar
(Singa), sementara Nabi Saw menamai bayi tersebut dengan nama ‘Ali (salah satu
dari Asma al-Husna: Yang Maha Tinggi) 1]. Imam Ali bin Abi Thalib adalah
satu-satunya orang yang pernah lahir di dalam Ka’bah. Di dalam syair-syairnya,
Imam Ali sering menyebut dirinya dengan sebutan putra Ka’bah.
Laa
hawla wa laa quwwata illa billah.
Catatan Kaki :
Nama ‘Ali yang diberikan Rasulullah Saw
ini merupakan fakta sejarah yang meruntuhkan hadis yang sering digunakan kaum
Wahabi untuk mewajibkan seseorang menggunakan kata “’Abd” untuk digandengkan
dengan nama-nama Allah, seperti Rahman menjadi Abdur Rahman. Jika benar hadis
Wahabi itu maka sudah pastilah Nabi akan menggandengkan kata ‘Ali dengan
Abdul-‘Ali, tetapi sampai Rasulullah Saw wafat, tidak kita jumpai satu riwayat
pun bahwa beliau mengubah nama ‘Ali menjadi Abdul ‘Ali. Dari fakta sejarah ini,
kita mendapat pelajaran agar selalu meneliti berbagai hadis yang kita terima,
terutama dari kaum Wahabi. Sudah sedemikian banyak bukti kebodohan dan kecerobohan
kaum Wahabi di dalam hal ini ini bukan misteri dunia, tapi sejarah hidup.
Muhammad
Muhammad (bahasa Arab: محمد, juga dikenal sebagai Mohammad, Mohammed,
dan kadang-kadang oleh orientalis Mahomet, Mahomed) adalah pembawa ajaran
Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir.
Menurut biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia
lahir sekitar tahun 570 di Mekkah (atau "Makkah") dan wafat pada 8 Juni
632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat
ini).
"Muhammad" dalam bahasa Arab
berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam
yang dibawa oleh Muhammad S.A.W adalah penyempurnaan dari agama-agama yang
dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah (رسول الله), dan menambahkan kalimat sallallaahu
alayhi wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang
berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya";
sering disingkat "S.A.W") setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam
Surat Ash Shaff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti
"terpuji".
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100,
menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih
keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin
bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang
bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.
Genealogi
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya
kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish)
bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin
Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan
laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.
Riwayat Kelahiran
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Maulud Nabi Muhammad.
Para penulis sirah (biografi) Muhammad
pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad
lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika
itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan,
seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan
dagang di Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta
lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu
Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam tahun,
ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi
keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang,
ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang
terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[2] Setelah ibunya
meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya
meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta
menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya
dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan
sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda
pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai dengan arahan para Imam
yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari
Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari
Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).
Masa Remaja
Dalam masa remajanya, diriwayatkan bahwa
Muhammad percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat
sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi
orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan
dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa
di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras,
berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq (yang
benar) dan Al-Amin (yang terpercaya). Ia senantiasa dipercayai sebagai penengah
bagi dua pihak yang bertikai di kampung halamannya di Mekkah.
Kerasulan
Gua Hira tempat pertama kali Muhammad
memperoleh wahyuMuhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang
senang dengan kekerasan dan pertempuran. Ia sering menyendiri ke Gua Hira',
sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur
karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di
sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya
memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam, ketika Muhammad sedang
bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya
dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab,
"Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta agar
Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama.
Akhirnya, Jibril berkata:
"Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan
perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya."
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima
oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun. Wahyu turun kepadanya secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan
menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al
Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai
arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan
ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh
Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal
dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan
panduan dan cara hidup bagi "mereka yang menyerahkan diri kepada
Allah", yaitu penganut agama Islam.
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya
menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan
dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota
keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zayd dan
Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam.
Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin
Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harits, Amr bin Nufail masuk
Islam dan bergabung membela Muhammad.
Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah
di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide
berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang
Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di
Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak
sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Di Mekah terdapat Ka'bah yang telah
dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku
berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan
berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil
peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan
seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama
menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah
di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut
Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan
orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat
Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat
mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat
itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka
mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad
akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam
berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha
menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke
Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama
mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua
bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya berhasil sampai dengan
selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun
Nabi" (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam
diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan
bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian
melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi
oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish.
Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan
cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke
Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak
10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan
kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun
berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali
maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam
menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling
Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama
Islam di kota Mekkah.
Pernikahan
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau
13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25
Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga
Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat
meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib
pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Kaligrafi Muhammad dalam bentuk yang lebih
sederhanaSepeninggal Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim,
bahwa sebaiknya ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri
Abu Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu
Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total sebelas
orang, dimana sembilan diantaranya masih hidup sepeninggal Muhammad. Para ahli
sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar
perkimpoian itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan
budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih
susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkimpoian dengan perawan).
Status dari beberapa istri Muhammad
menjadi sumber perdebatan dalam sejarah. Maria al-Qibtiyya dikatakan seorang
budak atau seorang budak yang dibebaskan. Di sisi lain terdapat perdebatan
tentang umur Aisyah saat dinikahi. Sebagian besar referensi (termasuk sahih
Bukhari dan sahih Muslim) menyatakan bahwa upacara perkimpoian tersebut terjadi
diusia enam tahun, dan Aisyah diantarkan memasuki rumah tangga Muhammad sejak
umur sembilan tahun. Sementara pada hadits lainnya dikatakan Aisyah pada umur
belasan tahun saat itu.
Aisyah Lahir sebelum Muhammad diangkat
sebagai nabi(610), Perbedaan umur Aisyah dan Fatimah adalah sekitar 5 tahun.
Fatimah lahir pada saat Ka'bah sedang dibangun(605). Maka diperkirakan Aisyah
dipinang oleh Muhammad pada usia sekitar 12-15 tahun, setelah Khadijah
wafat(622).
Terdapat perbedaan pemahaman mengenai
istilah "memasuki rumah tangga" Muhammad, sebagaimana yang dinyatakan
dalam hadits-hadits sahih tersebut. Umumnya umat Islam berpendapat bahwa
perlakukan Aisyah sebagai istri terjadi saat ia sudah mengalami menstruasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa perdebatan mengenai umur Aisyah yang terjadi
pada abad ke-7, yaitu saat praktik pernikahan dengan anak adalah tradisi umum
yang juga pernah terjadi di India, China dan bahkan Eropa, yang kemudian dibawa
ke abad modern sehingga telah keluar dari konteks. Terlepas dari perdebatan
tersebut, tidak didapatkan informasi lain tentang umur pasti Aisyah saat
menikah.
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu:
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam
percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat
manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk
umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus
Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi dan
rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa
Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
Kronologi Kehidupan Muhammad
Tanggal dan lokasi penting dalam hidup
Nabi Muhammad SAW:
569 Meninggalnya ayah, Abdullah
570 Tanggal lahir (perkiraan), 20 April:
Makkah
570 Tahun Gajah, gagalnya Abrahah
menyerang Mekkah
576 Meninggalnya ibu, Aminah
578 Meninggalnya kakek, Abdul Muthalib
583 Melakukan perjalanan dagang ke Suriah
595 Bertemu dan menikah dengan Khadijah
610 Wahyu pertama turun: Makkah
610 Ditunjuk sebagai Nabi: Makkah
613 Memulai menyebarkan Islam kepada umum:
Makkah
614 Mendapatkan pengikut: Makkah
615 Hijrah pertama ke Habsyah
616 Boikot Quraish terhadap Bani Hasyim
dan Muhammad mulai
619 Boikot Quraish terhadap Bani Hasyim
dan Muhammad selesai
619 Tahun kesedihan: Khadijah dan Abu
Thalib meninngal
620 Isra' dan Mi'raj
621 Bai'at Aqabah pertama
622 Bai'at Aqabah kedua
622 Hijrah ke Madinah
624 Pertempuran Badar
624 Pengusiran Bani Qaynuqa
625 Pertempuran Uhud
625 Pengusiran Bani Nadir
626 Penyerangan ke Dumat al-Jandal: Suriah
627 Pertempuran Khandak
627 Penghancuran Bani Quraizhah
628 Perjanjian Hudaybiyah
628 Melakukan umrah ke Ka'bah
628 Pertempuran Khaybar
629 Melakukan ibadah haji
629 Pertempuran Mu'tah
630 Pembukaan Kota Makkah
630 Pertempuran Hunain
630 Pendudukan Thaif
631 Menguasai sebagian besar Jazirah Arab
632 Pertempuran Tabuk
632 Haji Wada'
632 Meninggal (8 Juni): Madinah
Referensi
^ Hart, Michael. 2007. 100 Tokoh Paling
Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising Group.
^ a b Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta: Penerbit Serambi, 2002. ISBN 979-3335-16-5
^ a b c Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Penerbit Lentera, 2002. ISBN 979-8880-13-7
^ Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'b.
^ Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press. ISBN 0-19-511233-4. p.18
^ Bullough, Vern; Brenda Shelton, Sarah Slavin (1998). The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5. p.119
^ Reeves, Minou (2003). Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making. NYU Press. ISBN 978-0-8147-7564-6. p.46
^ Watt, M. Aisha bint Abi Bakr. Article at Encyclopaedia of Islam Online. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912. pp. 16-18
^ Sahih Muslim, Book 8, Number 3310
^ Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 64
^ Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 88
^ a b Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta: Penerbit Serambi, 2002. ISBN 979-3335-16-5
^ a b c Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Penerbit Lentera, 2002. ISBN 979-8880-13-7
^ Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'b.
^ Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press. ISBN 0-19-511233-4. p.18
^ Bullough, Vern; Brenda Shelton, Sarah Slavin (1998). The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5. p.119
^ Reeves, Minou (2003). Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making. NYU Press. ISBN 978-0-8147-7564-6. p.46
^ Watt, M. Aisha bint Abi Bakr. Article at Encyclopaedia of Islam Online. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912. pp. 16-18
^ Sahih Muslim, Book 8, Number 3310
^ Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 64
^ Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 88
0 Comments:
Posting Komentar